First Fight ISKA: Saat Mimpi, Nyali, dan Sabuk Bergengsi Dipertaruhkan

Para fighter usai sesi wawancara di First Cclub Batam.(GRTT/Nug)
banner 120x600
banner 468x60
Share

Batam, [GT] – Tadi pagi, Rabu (24/9/25), di panggung megah First Club Batam, lampu sorot menyala, dentuman musik menghentak, dan tatapan puluhan fighter menyiratkan satu hal: mereka siap membuat sejarah dalam olah raga bela diri.

Baca : Belajar di Youtube Bikin Uang Palsu, Hot Diaman Diringkus Polsek Sekupang

banner 325x300

Di Club yang sedang hit di Batam ini, pada 25–26 September 2025, International Sport Kickboxing Association (ISKA) resmi menghadirkan ajang perdana bertajuk First Fight. Momentum ini, diyakini akan mengubah wajah dunia bela diri Indonesia.

Fighter wanita meriahkan First Fight Club Batam.(GRTT/Nug)

Sebanyak 44 petarung dari berbagai daerah bersiap turun gelanggang. Dari kategori ringan hingga hybrid striking, mereka bukan sekadar bertarung demi sabuk, melainkan memperjuangkan mimpi untuk diakui sebagai bagian dari ekosistem bela diri profesional tanah air.

Baca : Pekerja Asing Berulah Lagi Dalam Club Malam di Batam

“Batam menjadi titik awal. Ini bukan hanya pertandingan, tetapi momentum lahirnya ajang semi amatir hingga semi profesional yang akan berkesinambungan,” ujar Mustadi Anetta, Presiden ISKA Indonesia, dalam konferensi pers di First Club Batam, Kamis (24/9/2025).

First Fight ISKA, Panggung Baru Sport Entertainment

Pemilihan Batam jelas bukan kebetulan. Letaknya yang strategis, dekat dengan Singapura dan Malaysia, serta masyarakatnya yang multikultur, membuat kota ini dinilai Mustadi cocok menjadi pusat sport entertainment baru.

“Energi Batam berbeda. Di sini, kami melihat peluang besar untuk membangun tradisi bela diri yang bukan hanya kompetisi, tapi juga hiburan yang berkelas,” tambahnya.

Baca : CIMB Niaga Menutup Tahun 2024 dengan Kinerja Positif, Perkuat Posisi,di Industri Perbankan Indonesia

Sejalan dengan itu, manajemen First Club tak ingin ajang ini berhenti sebagai tontonan. Bosman, pengelola First Club, menegaskan komitmen mereka:

“Kami ingin Batam dikenal bukan hanya lewat industrinya, tetapi juga lewat olahraga. Event ini akan berlanjut dengan standar internasional, sekaligus memberi ruang khusus untuk petarung muda.”

Ali Madeong: Dari Pinggiran ke Panggung Utama

Di antara puluhan nama, satu sosok menarik perhatian: Ali Madeong, fighter dari daerah asal Billy Pasulatan. Selama ini ia sering diremehkan. Namun kali ini, Ali mendapat kesempatan emas untuk menantang petarung berperingkat nasional dalam perebutan sabuk.

“Bagi saya, ini bukan cuma pertarungan di ring. Ini pembuktian bahwa anak daerah juga bisa bersaing di level tertinggi,” katanya dengan sorot mata penuh tekad.

Ali Madeong usai sesi tecnikal metting.(GRTT/Nug)

Kisah Ali hanyalah satu dari banyak cerita yang menghidupkan 22 duel panas di First Fight. Masing-masing fighter membawa ambisi, latar belakang, dan mimpi mereka sendiri. Dari ring Batam, jalan menuju panggung internasional kini terbuka lebar.

Baca : Kepala BP Batam Dukung Penuh Event Olahraga, Dorong Generasi Muda Berprestasi

Lebih dari Sekadar Pertarungan

ISKA menempatkan First Fight sebagai pintu gerbang lahirnya generasi baru petarung Indonesia. Dengan format berjenjang, seperti semi amatir hingga semi pro. Ajang ini diharapkan mampu mencetak atlet yang siap bersaing, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di level dunia.

Fighter wanita meriahkan First Fight Club Batam.(GRTT/Nug)

Batam mungkin baru pertama kali menjadi tuan rumah event sekelas ini. Namun dari atmosfer dan antusiasme yang terasa, kota ini tampak siap menjelma sebagai rumah baru olahraga bela diri modern di Indonesia.(Moz)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *