Jakarta, – Adanya dugaan pemalsuan laporan keuangan oleh dua BUMN, yaitu PT Waskita Karya dan PT Wijaya Karya menjadi sorotan publik setelah hal itu diungkapkan oleh Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
“Ini perbuatan tidak terpuji oleh manajemen perusahaan karya tersebut. Semacam pembohongan publik, apalagi kedua perusahaan BUMN itu sudah go-public. Bagaimana kita bisa percaya kalau ternyata laporan keuangan yang sudah diaudit pun banyak polesannya disana-sini. Tidak mencerminkan kondisi riil perusahan, investor publik pun jadi misleading interprestasinya. Ini menyesatkan, dan mesti diusut tuntas,” ujar Andre Vincent Wenas, Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (17/6/23).
“Menurut kementerian BUMN katanya ada tiga isu besar. Satu, dari sisi pasar di mana persaingan sangat ketat. Proyek karya ini hampir semua marginnya kecil, cuma sekitar 2-3%, bahkan banyak juga proyek yang rugi, di EPC (engineering, procurement, construction) misalnya, akibatnya mereka memang selama ini cuma memutar cashflow aja.”
“Dua, menyangkut soal tata kelola keuangan. Ditengarai Waskita Karya dan Wijaya Karya pelaporan keuangannya tidak sesuai dengan kondisi yang nyata. Artinya dilaporkan seolah membukukakn keuntungan bertahun-tahun, padahal arus-kas atau cash-flownya pada kenyataanya tidak pernah positif. Jadi, kemungkinan besar perlu restatement tuh laporan keuangannya. Dan kalau ada niat jahat atau fraud untuk memalsukan laporan keuangannya ya tuntut saja,” katanya lebih lanjut.
“Tiga, soal tata kelola perusahan, soal manajerial. Seperti ditekankan oleh kementerian BUMN, kelemahan mendasar BUMN karya adalah tidak menerapkan sistem Enterprise Resource Planning (ERP). Akibatnya muncul kertas-kertas subkon, selembar kertas dipakai untuk menarik dana bank. Padahal riilnya proyeknya tidak ada.”
“Kita percaya Menteri Erick Thohir dan jajarannya sedang berupaya merapikan manajemen di lingkungan BUMN, tidak gampang memang tapi ini imperatif. Kalau BUMN kita mau seperti Temasek di Singapura misalnya, professional dan profitable,” ujar Andre Vincent Wenas menutup keterangannya.(*)