Hat Yai, – Provinsi Songkhla, dikenal sebagai Singgora atau Singora kota di atas Pegunungan adalah sebuah kota Melayu (thesaban nakhon) di Provinsi Songkhla bagian selatan Thailand yang berdekatan dengan perbatasan Malaysia. Toleransi atas kerukunan umat beragama sangat dihargai disini.
Bersama beberapa teman kami berjalan menyusuri kota yang didirikan sekitar abad ke 16 tersebut. Kesultanan Singora adalah sebuah negara kota berumur pendek di Thailand Selatan dan pendahulu sebuah kota yang saat ini bernama Songkhla.
Kota tersebut didirikan pada tahun 1605 oleh seorang Persia, Dato Mogol, dan berkembang selama pemerintahan putranya, Sultan Sulaiman Shah. Setelah masa konflik, Singora dihancurkan oleh pasukan Siam pada 1680.
Meski kedua teman asal Indonesia Bagas dan Riski sibuk dengan gawainya berswafoto, sayaterus browsing google dan wiklipedia agar trip perjalanan yang alakadarnya berasa mudah. Sepanjang jalan di Hat Yai sekarang dipenuhi dengan toko pernak pernik wisatawan dan aksesoris produk maryuana.
Sisa-sisa kota tersebut meliputi benteng-benteng, dinding-dinding kota dan makam Sultan Sulaiman Shah. Sebuah meriam dari Singora yang terdapat cap Sultan Sulaiman Shah disimpan di halaman Royal Hospital Chelsea, London.
Dari sejumlah refrensi di media sosial, Songkhla merupakan kerajaan melayu islam bervasih siam. Sejarah kesultanan tersebut didokumentasikan dalam catatan, surat, dan jurnal yang ditulis oleh pedagang-pedagang Britania dan Perusahaan Hindia Timur Belanda; keruntuhan kota tersebut didiskusikan dalam buku-buku dan laporan-laporan yang ditulis oleh para anggota duta besar Prancis untuk Siam pada pertengahan 1680an.
Pemandu saya selama berada disini selama tiga hari merupakan Pria asli Hat Yai, Thailand yang memiliki suku Mueang beragama Islam. Arnom Chap mengaku sudah memeluk agama islam sejak dilahirkan. Meski jarang ke Malaysia apalagi ke Indonesi, Arnom fasih berbahasa melayu.
Sejarah keluarga Sultan Sulaiman juga dikisahkan juga diketahui keturunannya meliputi Jenderal Chavalit Yongchaiyudh (Perdana Menteri Thailand ke-22), seorang mantan laksamana Angkatan Laut Kerajaan Thai dan sebuah keluarga penenun sutra di provinsi Surat Thani.
Sultan Sulaiman bukanlah satu-satunya orang Persia yang mengembangkan kekuasaan di Siam pada abad ke-17. Sumber kontemporer mendeskripsikan bagaimana orang-orang Persia mendapatkan posisi otoritas di pusat Siam, Ayuthaya, dan provinsi-provinsinya.
Seorang duta dikirim ke Siam atas nama Shah dari Persia pada akhir abad ke-17 menyatakan telah bertemu gubernur berdarah Persia di dua kota utama saat perjalanan menuju Ayuthaya; sumber lainnya menyatakan bahwa orang-orang Persia diberikan status yang tinggi dan diberikan perlindungan oleh raja.
Banyak bukti sejarah yang saya singgahi di Songkhla, tur singkat ini tentunya dibalut dengan beberapa kegiatan yang dilarang dinegara asal peserta rombongan. Kota dengan populasi sekitar 75.048 jiwa pada tahun 2006, menawarkan pelbagai panorama pariwisata menakjubkan.
Peserta rombongan asal Malaysia Fais Harun menyatakan, Songkhla memang dekat di perbatasan negara tetapi baru kali pertama dia datangi. Fais mengaku datang dengan sahabatnya bernama Hafis asal Kuala Lumpur.
“Ini firsh time saye datang Songkhla, nanti kite akan keliling 10 tempat wisata yang populer di Hat Yai, Chap Kon Ray dan masi banyak lagi. Memang cantik Songkla bagi orang yang datang, cari makan halal mudah dan enak rase punya,” katanya, pada saya.
Sebagian besar penduduk kota yang ada di Provinsi Songkhla beragama Islam dengan suku Melayu. Berdasarkan kajian yang aja disejumlah laman, persentasi perbandingan warga muslim berkisar 89 persen berbanding 11 persen warga yang non muslim.(*/Nug)